CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Sunday, 25 October 2009

Surah Al Hujurat (Ayat 1 - 3)

Ayat 1 (Terjemahan)

يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوا لَاتُقَدِّمُوابَيْنَيَدَيِاللَّهِوَرَسُولِهِوَاتَّقُوااللَّهَإِنَّاللَّهَسَمِيعٌعَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Tafsir

Di ayat ini, Allah SWT mengajarkan kesopanan kepada kaum muslimin ketika berhadapan dengan Rasulullah saw. dengan dua cara: pertama, dalam perbuatan, dan kedua, dalam hal percakapan. Mengenai yang pertama, Allah SWT memperingatkan kaum mukminin supaya jangan mendahului Allah dan Rasul-Nya dalam menentukan suatu hukum atau pendapat.
Mereka dilarang memutuskan suatu perkara sebelum membahas dan meneliti lebih dahulu hukum Allah dan (atau) ketentuan dari Rasul-Nya terhadap masalah itu supaya keputusan mereka jangan menyalahi apalagi bertentangan dengan syariat Islam, sehingga dapat menimbulkan kemurkaan Allah. Yang demikian ini sejalan dengan yang dialami oleh sahabat Nabi Muhammad saw yaitu Muaz bin Jabal ketika akan diutus ke negeri Yaman. Rasulullah saw bertanya: "Kamu akan memberi keputusan dengan apa?". Dijawab oleh Muaz: "Dengan kitab Allah". Nabi bertanya lagi: "Jika tidak kamu jumpai dalam kitab Allah, bagaimana?". Muaz menjawab: "Dengan Sunah Rasulullah". Nabi Muhammad saw bertanya lagi: "Jika dalam Sunah Rasulullah tidak kamu jumpai, bagaimana?". Muaz menjawab: "Aku akan ijtihad dengan pikiranku". Lalu Nabi Muhammad saw menepuk dada Muaz seraya berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasul-Nya tentang apa yang diridai Allah dan Rasul-Nya".
Dalam ayat ini, Allah SWT memerintahkan kepada kaum mukminin supaya melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan supaya jangan tergesa-gesa melakukan perbuatan atau mengemukakan pendapat dengan mendahului Alquran dan hadis Nabi, yang ada hubungannya dengan sebab turunnya ayat ini. Tersebut dalam kitab Al-Iklil bahwa mereka dilarang menyembelih korban pada hari Raya Idul-Adha sebelum Nabi menyembelih, dan dilarang berpuasa pada hari yang diragukan. Kemudian Allah SWT. memerintahkan supaya mereka tetap bertakwa kepada-Nya karena Allah Maha Mendengar segala percakapan dan Maha Mengetahui segala yang terkandung dalam hati hamba-hamba-Nya.


Ayat 2 (Terjemahan)

يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُوا لَاتَرْفَعُواأَصْوَاتَكُمْفَوْقَصَوْتِالنَّبِيِّوَلَاتَجْهَرُوالَهُبِالْقَوْلِكَجَهْرِبَعْضِكُمْلِبَعْضٍأَن تَحْبَطَأَعْمَالُكُمْوَأَنتُمْلَاتَشْعُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dam janganlah kamu berkata padanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.

Tafsir

Dalam ayat ini, Allah SWT. mengajarkan kepada kaum Mukminin kesopanan jenis kedua yaitu sopan dalam percakapan ketika berhadapan dengan Nabi Muhammad saw. Allah SWT melarang kaum Mukminin meninggikan suara mereka lebih dari suara Nabi. Mereka dilarang untuk berkata-kata kepada Nabi dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara mereka sendiri karena perbuatan seperti itu tidak layak menurut kesopanan dan dapat menyinggung perasaan Nabi sendiri. Terutama jika dalam ucapan-ucapan yang tidak sopan itu tersimpan unsur-unsur cemoohan atau penghinaan yang menyakitkan hati Nabi dan dapat menyeret dan menjerumuskan orangnya kepada kekafiran, yang mengakibatkan hapus dan gugurnya semua pahala amal kebaikannya di masa yang lampau, padahal semuanya itu terjadi tanpa disadarinya.
Ayat ini mengandung peringatan pula antara lain para pembuat lelucon profesional jika sedang mengadakan lawakan untuk membuat tertawa para penonton agar dalam mengemukakan humor-humornya jangan sekali-sekali menyinggung kehormatan agama atau ajarannya yang dapat menjerumuskan mereka secara tidak sadar ke dalam jurang kemurtadan, dan dengan demikian menyebabkan hapus dan gugurnya segala pahala kebaikan mereka di masa lampau.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Abi Mulaikah bahwa Abdullah bin Zubair memberitahukan kepadanya bahwa telah datang satu rombongan dari Kabilah Bani Tamim kepada Rasulullah saw. Berkatalah Abu Bakar: "Rombongan ini hendaknya diketuai oleh Qa'qa' bin Ma'bad". Umar Ibnu Khattab berkata: "Hendaknya diketuai oleh Al-Aqra' Ibnu Habis". Abu Bakar membantah, "Kamu tidak bermaksud lain kecuali menentang aku". Umar menjawab: "Saya tidak bermaksud menentangmu". Maka timbullah perbedaan pendapat antara Abu Bakar dan Umar sehingga suara mereka kedengarannya bertambah keras, maka turunlah ayat ini. Sejak itu, Abu Bakar bila berkata-kata kepada Nabi Muhammad saw., suaranya direndahkan sekali seperti bisikan saja, demikian pula Umar. Oleh karena sangat halus suaranya hampir-hampir tak terdengar sehingga sering ditanyakan lagi apa yang diucapkannya itu.
Mereka sama-sama memahami bahwa ayat-ayat tersebut sengaja diturunkan untuk memelihara kehormatan Nabi Muhammad saw. Dan setelah turun ayat ini, maka sabit bin Qais tidak pernah datang lagi menghadiri majelis Rasulullah saw., dan ketika ditanya oleh Nabi tentang sebabnya ia tidak lagi menghadiri majelis taklimnya, Sabit menjawab: "Ya Rasulullah, telah diturunkan ayat ini dan saya adalah seorang yang selalu berbicara keras dan nyaring. Saya merasa khawatir kalau-kalau pahala saya akan hapus sebagai akibat kebiasaan saya itu". Dijawab oleh Nabi Muhammad saw: "Engkau lain sekali, engkau hidup dalam kebaikan dan Insya-Allah akan mati dalam kebaikan pula; engkau termasuk ahli surga". Sabit menjawab: "Aku sangat senang gembira oleh berita yang menggembirakan itu, dan saya tidak akan mengeraskan suara saya terhadap Nabi untuk selama-lamanya".
Maka turunlah ayat yang kemudian ini:


Ayat 3 (Terjemahan)

إِنَّالَّذِينَيَغُضُّونَأَصْوَاتَهُمْعِندَرَسُولِاللَّهِأُوْلَئِكَالَّذِينَامْتَحَنَاللَّهُقُلُوبَهُمْلِلتَّقْوَىلَهُممَّغْفِرَةٌوَأَجْرٌعَظِيمٌ

Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.

Tafsir

Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah saw. setelah melatih diri dengan berbagai latihan yang ketat lagi berat, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa. Mereka telah berhasil menyucikan diri mereka dengar berbagai usaha dan kesadaran dan bagi mereka ampunan dan pahala yang sangat besar.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Mujahid bahwa ada sebuah pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada Umar: "Wahai Amirul Mukminin, ada seorang laki-laki yang tidak suka akan kemaksiatan dan tidak pula mengerjakannya, dan seorang laki-laki lagi yang hatinya cenderung kepada kemaksiatan, tetapi ia tidak mengerjakannya. Manakah di antara kedua orang itu yang paling baik?"
Umar menjawab dengan tulisan lagi, "Sesungguhnya orang-orang yang hatinya cenderung kepada kemaksiatan akan tetapi tidak mengerjakannya, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar".

0 comments: